Posted by : Adisurya96
2011-05-09
PUISI BANJIR
BANJIR...
ketika hujan & air mengalir, dari hulu ke hilir...
membuat semua orang khawatir & ketar-ketir...
karena pasti akan terjadi BANJIR, BANJIR dan BANJIRRRR...
ulah siapakah ini ???..
BANJIR...
ulah sebagian orang KAFIR dan KIKIR...
ulah sebagian orang tanpa PIKIR...
ulah sebagian orang yang MANGKIR...
membuat sebagian daerah MELINTIR...
BANJIR...
permasalahan yang penuh debat kusir...
bencana yang tiada akhir...
kesalahan PEJABAT bermuka PAMFIR...
kesengsaraan buat orang pinggir..
BANJIR...
azab ilahi yang tidak bisa dipungkir...
tradisi yang membuat susah para SUPIR & KURIR
kita terima ini sebagai TAKDIR...
untuk selalu BERSYUKUR dan BERZIKIR...
ketika hujan & air mengalir, dari hulu ke hilir...
membuat semua orang khawatir & ketar-ketir...
karena pasti akan terjadi BANJIR, BANJIR dan BANJIRRRR...
ulah siapakah ini ???..
BANJIR...
ulah sebagian orang KAFIR dan KIKIR...
ulah sebagian orang tanpa PIKIR...
ulah sebagian orang yang MANGKIR...
membuat sebagian daerah MELINTIR...
BANJIR...
permasalahan yang penuh debat kusir...
bencana yang tiada akhir...
kesalahan PEJABAT bermuka PAMFIR...
kesengsaraan buat orang pinggir..
BANJIR...
azab ilahi yang tidak bisa dipungkir...
tradisi yang membuat susah para SUPIR & KURIR
kita terima ini sebagai TAKDIR...
untuk selalu BERSYUKUR dan BERZIKIR...
TSUNAMI
Seharusnya kubuat kapal besar
di puncak gedung bertingkat itu
tapi sebelumnya tak ada pertanda
juga isyarat lainnya
badai gelombang itu datang tiba-tiba
bahkan sesudah gempa
tak ada senggang waktu untuk mengira
aku hanya bisa berharap
ada kapal besar yang lewat
tapi sudah lama sekali
kapal Nuh tidak berlayar lagi
di puncak gedung bertingkat itu
tapi sebelumnya tak ada pertanda
juga isyarat lainnya
badai gelombang itu datang tiba-tiba
bahkan sesudah gempa
tak ada senggang waktu untuk mengira
aku hanya bisa berharap
ada kapal besar yang lewat
tapi sudah lama sekali
kapal Nuh tidak berlayar lagi
MERAPI
Tak kami kenali lagi rupamu Kala marah menggelegar di tanah Jogja Juga angin hembuskan duka Pada merah wajah hari Amuk lahar menghantar ajal
Sudahlah Merapi,hentikan saja teriakmu Sebab di sini pun kami ingin teriak Dengan nafas-nafas sesak Hingga airmata jadilah riak Dan kenyataankah yang tersayat sembilu
Dari debu-debu berterbangan Nyanyian unggas jadilah sumbang Tiada juga senyum yang kaku Kala darah-darah turut serta beku
Hentikanlah, hentikan marahmu Merapi
Post a Comment